Senin, 12 Desember 2016

resume buku "Teosentris dan Antroposentris dalam Teologi Islam" penyusun: Dr. Limas Dodi, M.Hum


Nama : NURRINA FAJRIN
NIM   : 931323516
Kelas/ smt: Ekonomi Syariah F/1


BAB I
DASAR-DASAR QUR’ANI  DAN SEJARAH ILMU KALAM
  1. Pengertian dan dasar Qur’ani ilmu kalam
         Teologi dari segi etimologi dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata theos berarti Tuhan dan Dewa, dan logos berarti ilmu. Jadi teologi adalah pengetahuan ketuhanan. Menurut Ibnu Khaldun, teologi adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang aqidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.
Teologi disebut juga: 
1.‘ilm al-tauhid mengandung arti satu atau esa.
2.‘ilm al-kalam karena kaum teolog Islam bersifat dengan kata-kata dalam mempertahankan  pendapat dan pendirian masing-masing.
3. Mutakalim yaitu ahli debat yang pintar memakai kata-kata.
Menurut pembahasannya Kalam dinamai:
1.   Ilmu tauhid: karena ilmu ini mengajak orang agar meyakini dan mempercayai hanya pada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
2.  Ilmu Ushuluddin: karena ilmu ini membahas pokok-pokok keagamaan, yaitu keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan
3.  Ilmu ‘Aqaid: karena dengan ilmu ini seseorang diharapkan agar meyakini dalam hatinya secara mendalam dan mengikatkan dirinya hanya pada Allah sebagai Tuhan.
         Dalam Islam terdapat dua jenis aliran teologi yaitu, bersifat Liberal dan Tradisional. Kedua corak teologi ini tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran dasar Islam. Dengan demikian orang dapat memilih aliran mana saja sebagai teologi yang dianutnya, tidaklah menyebabkan ia menjadi keluar dari Islam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lahirnya ilmu Kalam:
1.    Faktor dari dalam
·      Al-Qur’an
       Menyinggung golongan dan agama-agama pada masa Muhammad SAW., yang mempunyai kepercayaan tidak benar. Salah satunya golongan kafir dalam surat al-Isra’: 94
وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَىٰ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولًا
    Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasuI?"
· Adanya nash-nash yang kelihatannya saling bertentangan, sehingga datang orang-orang yang mengumpulkan ayat tersebut dan menfilsafatinya. Contohnya: adanya ayat-ayat yang menunjukkan adanya paksaan, Q.S. al-Baqarah: 6
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
    Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا
    Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan.

2.    Faktor dari luar
·      Banyak diantara pemeluk Islam yang mula beragama Yahudi, Masehi, dan lain-lain,  bahkan diantara mereka ada yang pernah menjadi ulamanya. Setelah mereka tenang dari tekanan kaum muslimin mulailah mereka mengkaji lagi aqida agama mereka dan mengembangkan ke dalam Islam.
·      Golongan Islam yang dulu, terutama golongan Mu’tazilah ,memusatkan perhatiannya untuk penyiaran Islam dan membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi Islam, dengan cara mengetahui dengan sebaik-baiknya aqidah-aqidah mereka.
·   Sebagai kelanjutan dari sebab tersebut, Mutakallimin hendak mengimbangi lawan-lawannya yang menggunakan filsafat, maka mereka terpaksa mempelajari logika dan filsafat.

  1. Sejarah ilmu kalam
     Tauhid sebagai ilmu bari dikenal jauh sesudah wafatnya Rasulullah tepatnya pada zaman Khalifah al-Makmun.  Orang yang dianggap pemula dalam menyusun ilmu Tauhid adalah Abu Hasan Ali al-Asy’aris



BAB II
KERANGKA BERPIKIR ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM
  1. Ruang lingkup pembahasan ilmu kalam
1. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Termasuk juga hubungan Tuhan dengan alam semesta dan manusia.
2. Hal yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara antara manusia dan Allah meliputi: Malaikat, Nabi/ Rosul, dan kitab suci.
3.  Hal yang berhubungan dengan sam’iyyat (sesuatu yang erhubungan melalui lewat sumber yang meyakinkan, yakni al-Qur’an dan Hadits, misalnya tentang alam kubur, azab kubur, bangkit di padang mahsyar dll).
Teologi Islam mulanya berkembang dari:
1. Sebagai metodologi teologi, merupakan suatu cara untuk memahami doktrin agama melalui pendekatan wahyu dan pemikiran rasionalnya.
2. Menjadi ilmu teologi, merupakan ilmu yang membahas masalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.
3.   Menjadi teologi aksiologi, merupakan upaya memahami doktrin agama secara mendalam untuk mengadvokasi berbagai permaslaahan kretimpangan sosial.
Wilayah pembahasan teologi Islam:
1. Klasik teoritik, membahas secara teoritik aspek-aspek ketuhanan dan berbagai kaitan-Nya.
2. Kontemporer praktik, secara praktik membahas ayat-ayat Tuhan dan sunnah-sunnah Rasul-Nya yang nilai doktrinnya mengadvokasi berbagai ketimpangan sosial.
Teologi kedua ini dapat dikembangkan lagi:
1. Teologi lingkungan, mengadvokasi permasalahan alam semesta. Kajiannnya seperti: teologi pemiliharaan lingkungan, teologi sampah, dll.
2.   Teologi transformatif, mengadvokasi permasalahan perubahan. Kajiannya seperti: teologi pembebasan, teologi sains, dll.
3.   Teologi sosial, mengadvokasi permasalahan masyarakat.
Beberapa metode/ cara pembahasan ilmu kalam bersumber dari:
1.  Al-Qur’an, diantarannya:
·    Q.S. al-Ikhlas: 1-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Maha Esa
·  Q.S. asy-Syara: 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuha tidak menyerupai apapun di dunia ini
2.  Hadits, diantarnya menjelaskan tentang iman dan ihsan, dll.
3. Pemikiran manusia, pemikiran manusia berasal dari pemikiran umat Islam sendiri dan pemikiran yang berasal dari luar umat Islam
4.  Insting

  1. Kerangka berpikir aliran-aliran ilmu kalam
Perbedaan metode berfikir:
1.     Rasioanal, memiliki prinsip-prinsip hanya teringat pada dogma-dogma yang dengan jelas dan tegas disebut dalam al-Qur’an dan hadits, yakni ayat yang qathi. Dianut oleh aliran mu’tazilah
2.  Tradisional, miliki prinsip-prinsip yakni terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti dzanni. Dianut oleh aliran Asy’ariyah.
Perbedaaan metode dalam penyelesaian persoalan kalam:
1. Aliran antroposentris, menganggap bahwa hakikat realitas trasnsenden bersifat intrakosmos dan impersonal. Manusia adalah anak kosmos
2. Teolog teosentris, menganggap bahwa hakikat tarnsenden bersifat suprakosmos, personal dan ketuhanan. Tuhan adalh pencipta segala yang ada di kosmos ini.
3.  Aliran konvergensi sintesis, menganggap hakikat realitas transenden bersifat supra sekaligus intrakosmos personal dan impersonal. Eksistensi kosmos yang dikatakan sebagai pencipta pada dasarnya adalah penyingkapan asma dan sigat-sifat-Nya yang azali.
4.  Aliran nihilis, menganggap bahwa hakikat realitas transendental hanyalah ilusi. Menolak Tuhan secara mutlak, tetapi menerima berbagai variasi Tuhan kosmos.


BAB III
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF
  1. Pengertian
      Ilmu kalam ialah ilmu berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhdap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah. Filsafat menurut Aristoteles ialah metode/ cara yang digunakan untuk menyelidiki sebab dan asa sutau benda. Sedangkan tasawuf menurut Harun Nasution ialah sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagaimana orang Islam dapat sedekat mungkin dengan Allah agar memperoleh hubungan langsung.  
  1. Hubungan
1.     Ketiganya berusaha menemukan apa yang disebut kebenaran
2.   Kebenaran dalam tasawuf berupa tersingkapnya Kebenaran Sejati (Allah) melalui mata hati.
3   Kebenaran dalam ilmu kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash
Maka ketiganya mendalami pencarian segala yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai “kebenaran terjauh” dimana tidak semua orang dapat melakukannya.
      Persamaannya yaitu mempunyai kemiripan objek kajian yang berkaitan dengan ketuhanan. Objek kajian  ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sedangkan objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni  upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya.
          Perbedaannya yaitu terletak pada aspek metodologinya. Dari segi metode, ilmu kalam   menggunakan metode dialektika dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan. Filsafat menggunakan metode rasional. Ilmu tasawuf menekankan rasa daripada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagian pakar mengatakan metode ilmu tasawuf adalah instuisi, atau ilham, atau insprasi yang datang dari Tuhan.
          Sedangkan di dalam pertumbuhannya, ilmu kalam berkembang menjadi teologi rasional dan teologi tradisional. Filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat itu sendiri. Tasawuf berkembang menjadi tasawuf praktis dan tasawuf teoritis. Sebagian orang memandang ahwa ketiga ilmu itu memiliki jenjang tertentu. Jenjang pertama adalah ilmu kalam, kemudian filsafat dan yang terakhir adalah ilmu tasawuf.

BAB IV
KALAM KHAWARIJ DAN MURJI’AH
  1. Khawarij
       Berasal dari kata kharaja yang berarti “keluar”. Yaitu yang semula mendukung Ali menjadi kaum yang keluar dan memisahkan diri dari Ali, karena ketidak sepakatan terhadap keputusan Ali yang menerima arbitrase (tahkim) dalam perang Siffin dengan kelompok pemberontak (Muawiyah) perihal persengketaan khalifah.  Pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada peperangan itu, tetapi Ali menerima tipu daya licik ajakan damai Muawiyah. Ali sebenarnya sudah mencium kelicikan dibalik ajakan damai Muawiyah, namun karena desakan sebagian pengikutnya terutama ahli qurra  untuk menghentikan peperangan.
        Keputusan tahkim, yakni Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh utusannya, dan mengangkat Muawiyah menjadi khalifah pengganti Ali sangat mengecewakan orang-orang khawarij. Pada saat itu orang-orang khawarij keluar dari pasukan Ali dan langsung menuju Hurura. Oleh sebab itu khawarij disebt degan nama Hururiah. Kadang mereka disebut Syurah yang berarti “golongan yang mengorbankan dirinya untuk Allah” dan al-Mariqah.
Sekte-sekte dan ajaran-ajarannya
1.       Al-Muhakkimah
       Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Ali. Bagi mereka Ali, Muawiyah dan kedua perangantara Amr ibn al-Ash dan Abu Musa al-Asy’ari dan semua orang yang menyetujui arbitrase bersalah dan menjadi kafir. Selanjutnya hukum kafir ini mereka luaskan artinya sehingga termasuk ke dalamnya tiap orang yang berbuat dosa besar.
2.       Azariqah
       Pengikut-pengikut Nafi ibn al-Azraq yang pergi bersamanya. Merupakan golongan yang terkuat dan banyak jumlahnya. Nafi mengeluarkan hukum-hukum bagi penduduk yang enggan membantunya:
·    Penduduk yang tidak membantu gerakan mereka dan menantang mereka dipandang musyrik, karena mereka menyeru masyarakat kepada seruan Rasul.
·     Daerah penduduk yang tidak menyetujui pajam mereka dipandang Darus Syirki
·     Tidak boleh memelihara diri dalam bermuamalah dengan penduduk itu,  karena Allah telah mencela orang-orang yang karena takut lalu memelihara dirinya.
·    Boleh para penzina muhshan tidak dirajam karena nash hanya menyuruh dicambauk saja.
3.       Najdah
       Mengkritik Nafi’ atas paham-paham barunya. Bahwasanya golongan Najdah berpendapat bahwa masyarakat tidak memerlukan adanya kepala keluarga. Akan tetapi, kalau dirasa perlu untuk mewujudkan kerukunan dalam masyarakat maka boleh mengangkat kepala negara untuk itu. Juga berpendapat bahwa berdusta lebih jahat dari berzina, mengerjakan dosa kecil merupakan syirik , mengerjakan dosa besar tanpa terus menerus tidak merupakan syirik dan Ahlul Ahdi Wadzdzimmah di dalam daruttaqiyah halam ditumpahkan.  
4.       Al-‘Ajaridah
       Pengikut dari Abd al-Karim ibn ‘Ajrad, bersifat lebih lunak karena menurut paham mereka berhijrah bukanlah merupakan kewajiban dan mempunyai paham puritanisme. Golongan ini terpecah belah diantara mereka yaitu golongan al-Maimuniah yang menganut paham Qadariah, golongan al-Hamziah menganut paham yang sama, dan al-Syu’aibiah yang menganut paham sebaliknya.
5.       Al-Sufriah
Pemimpinnya ialah Ziad ibn al-Ashfar. Dalam paham mereka dekat sama dengan golongan al-Azariqah.
6.       Al-Ibadah
Golongan yang  paling moderat. Namanya diambil dari Abdulah ibn Ibad yang pada tahun 686 M memisahkan diri dari golongan al-Azariqah.

  1. Murji’ah
          Aliran ini muncul sebagai reaksi atas sikap yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan sebagaimana hal yang dilakukan aliran Khawarij. Murji’ah bersikap netral. Bagi mereka, sahabat-sahabat yang bertentangan itu merupakan orang-orang yang dapat dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar.
Ajaran pokok Murji’ah:
1.    Iman hanya membenarkan (pengakuan) di dalam hati
2.  Orang Islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumi kafir. Muslim tersebut tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat syahadat
3.    Hukum terhadap perbuatan manusia ditangguhkan hingga di akhirat.
Sekte-sekte dan ajaraannya:
Pada umumnya kaum Murji’ah dibagi menjadi:
1.   Murji’ah moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan dihukum dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya, dan kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya dan oleh karena itu tidak akan masuk neraka sama sekali.
2.   Murji’ah ekstrim yang berpendirian orang Islam yang percaya pad Tuhan kemudia mengatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufur tempatnya hanyalah dalam hati. Iman adalah mengetahui Tuhan dan kufur adalah tidak mengetahui Tuhan.


BAB V
JABARIYAH DAN QADARIYAH
  1. Jabariyah
         Berasal dari kata “jabara” yang berarti memaksa. Menurut Harun Nasution, Jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan Qadar Allah. Ada yang mengistilahkan Jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya. Menganai latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak adanya penjelasan yang sarih. Tokoh yang mendirikan aliran ini menurut Abu Zahah dan al-Qasimi adalah Jahm bin Safwan.
Ajaran-ajaran Jabariyah:
1.     Aliran ekstrim, berpendapat bahwa manusia tidak mampu berbuat apa-apa.
2.  Aliran moderat, berpendapat Tuhan menciptakan perbuatan manusia, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya.
Tokoh-tokoh Jabariyah:
1.       Al-Jahmiyah
2.       Ja’ad bin Dirham
3.       An-Najariyyah
4.       Ad-Dhirariyyah
  1. Qadariyah
      Berasal dari kata “qadara” yang berarti kemampuan dan kekuatan. Menurut Harun Nasution aliran ini  menegaskan bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Sejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti dan masih merupakan perdebatan.
Ajaran-ajaran Qadariyah:
      Segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Karena itu sangat pantas, orang yang berbuat akan mendapatkan balasannya sesuai dengan  tindakannya.
Tokoh-tokoh Qadariyah:
         Dalam menetapkan kapan munculnya, dan siapa tokoh-rokoh paham Qadariyah ini, para ahli teologi masih berbeda pendapat. Salah satunya menurut Ahmad Amin, para ahli teologi ada yang berpendapat bahwa Qadariyah pertama dimunculkan oleh Ma’bad al-Jauhani. Sedangkan Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh al-Uyun, seperti dikutib oleh Ahmad Amin, memberikan pertanyaan lain bahwa yang pertama memunculkan paham Qadariyah adlah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk Islam dan kembali lagi ke agama Kristen. Orang tersebut bernama Susan, dll.
  1. Refleksi faham Qadariyah dan Jabatiyah: sebuah perbandingan tentang musibah
         Dalam paham Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Sedang yang paham Qadariyah  bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Pada perkembangan selanjutnya, paham Jabariyah disebut juga paham tradisional dan konservatif dan paham Qadariyah disebut juga sebagai paham rasional dan liberal.  Kedua paham itu dapat dicermati pada suatu musibah, misalnya, kecelekaan pesawat terbang. Bagi yang berpaham Jabariyah biasanya dengan enteng mengatakan bahwa kecelakaan itu sudah kehendak dan perbuatan Allah. Sedangkan yang berpaham Qadariyah condong mencari tahu dimana letak peranan manusia pada kecelakan itu.
           Akibat dari perbedaan sikap dan posisi itu, ilmu pengetahuan lebih pasti berkembang di dalam paham Qadariyah ketimbang Jabariyah.


BAB VI
ALIRAN MU’TAZILAH DAN SYI’AH
  1. Mu’tazilah
        Secara etimologi berasal dari kata “i’tizal” artinya menunjukkan kesendirian, kelemahan, keputus-asaan, atau mengasingkan diri. Pelopornya adalah Washil bin Atho’ al-Makhzumi al-Ghozzal. Munculnya aliran ini sebagai reaksi atas pertentangan antara aliran Khawarij mengenai soal orang mukmin yang berdosa besar. Secara teknis Mu’tazilah menunukkan pada dua golongan:
1.  Mu’tazilah I, muncul sebagai respon politik murni, yakni bermula dari gerakan atau sikap politik beberapa sahabat yang “gerah” terhadap kehidupan politik umat Islam pada masa pemerintahan Ali.
2. Mu’tazilah II, muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Murji’ah akibat adanya peristiwa tahkim.
Lima ajaran dasar teologi Mu’tazilah:
1. Tauhid
         Berpendapat bahwa Tuhan itu esa, tak ada satupun yang menyamai-Nya. Dia maha melihat, mendengar, kuasa mengetahui dsb. Namun, itu semua bukanlah sifat Allah, melainkan dzat-Nya. Menurut mereka, sifat adalah sesuatu yang melekat. Apa yang disebut dengan sifat adalah dzat Tuhan itu sendiri. Bila sifat Tuhan itu qodim, maka qodim yang itu berarti ad dua, yakni dzat dan sifatnya.
2.     al-Adl
        Tuhan dikatakan adil jika bertindak hanya yang baik, terbaik dan tidak menyalahi/ melanggar janji-Nya. Ajaran tentang keadilan ini berkaitan erat dengan: perbuatan manusia, berbuat baik dan terbaik, mengutus rasul.
3.     Al-Wa’ad wa al-Wa’id
       Berarti janji dan ancaman. Perbuatan Tuhan terikat dan dibatasi oleh janji-Nya sendiri.
4.     Manzilah bain al-Manzilataini
          Pokok ajaran ini adalah bahwa mukmin yang melakukan dosa besar dan belum tobat bukan lagi mukmin atau kafir, tetapi fasiq.
5.     Al-Amr bi al-Ma’ruf wa an-Nahy an-Munkar
        Pengakuan keimanan harus dibuktikan dengan perbuatan baik diantaranya dengan menyuruh pada kebajikan dan melarang pada kemungkaran. Menurut Mu’tazilah, jika memang diperlukan, kekerasan dapat ditempuh untuk mewujudkan ajaran tersebut. Sejarah pun telah mencatat kekerasan yang pernah dilakukannya ketika menyiarkan ajaran-ajarannya.

  1. Syi’ah
       Secara etimologi berarti pembela dan pengikut seseorang . menurut etimologi syariat berarti mereka yang mengatakan bahwa Ali bin abi Thalib sangat utama diantara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucunya sepeninggalan beliau.  
         Sejarah munculnya Syi’ah menurut Watt, Syi’ah muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhada arbitrase yang ditawarkan Muawiyah. Pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, yakni Syi’ah (kelompok mendukung siakp Ali) dan Khawarij (kelompok menolak Ali). Sekte Syi’ah itu adalah Itsna Asy;ariyah, Sa’biyah, Zaidiyah, dan Ghullat.
Pokok ajaran Syi’ah:
1.       At-Tauhid
        Menurut mereka Allah memiliki 2 sifat yaitu al-tsubutiyah yang merupakan sifat yang harus dan tetap ada pada Allah. Sifat ini mencakup mengetahui, berkuasa, hidup, berkehendak, dll. Sedangkan sikap kedua yaitu al-salbiyah yang merupakan sifat yang tidak mungkin ada pada Allah, meliputi tersusun dari beberapa bagian, berjisim, bisa dilihat, bertempat, dll.
2.       Al-Adl
        Tuhan selalu melakukan perbuatan yang baik dan tidak melakukan apapun yang buruk. Tuhan juga tidak meninggalkan sesuatu yang wajib dikerjakan-Nya.
3.       An-Nubuwwah
        Allah mengutus Nabi dan Rasul untuk membimbing umat manusia. Dalam hal kenabian, Syi’ah berpendapat bahwa jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya yaitu 124 orang. Nabi terpelihara dari segala keburukan, para Nabi terpelihara dari segala bentuk kesalahan baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi Rasul.
4.       Al-Imamah
        Ia merupakan pengganti Rasul dalam memelihara syari’at, melaksanakan huduud (had/ hukuman terhadap pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta ketentraman umat.
5.       Al-Ma’ad
          Kaum Syi’ah percaya sepenuhnya bahwa hari akhirat itu pasti terjadi. Dan pada hari kiamat itu pula manusia harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan selama hidup di dunia di hadapan Allah.
Perkembangan Syi’ah menurut para ahli umumnya terbagi menjadi 4 sekte:
1.       Al-Kaisaniyah
        Meyakini bahwa kepemimpinan setelah Ali beralih ke anaknya Muhammad bin Hanafiyah. Dinantara ajarannya ialah mengkafirkan khalifah yang mendahului imam Ali dan mengkafirkan mereka yang terlibat perang Sifin dan perang Jamal. Sekte ini terbagi  menjadi beberapa kelompok yang mempunyai paham yang berbeda:
·     Meyakini bahwa Muhammad bin Hanafi masih hidup
·  Meyakini behwa Muhammad bin Hanafi telah tiada, dan jabatan kepemimpinan beralih kepada yang lain.
2.       Az-Zaidiyah
        Mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin setelah kepemimpinan Husein bin Ali. Mereka mengannggap Husein bin Ali tidak memenuhi syarat sebagai kepemimpinan. Diantara pokok ajarannya: mengakui kekhalifahan Abu Bakr, Umar dan Utsman, meskipun Ali sebagai sahabat yang paling mulia. Tidak mengakui paham ishmah, yaitu keyakinin bahwa para imam dijamin oleh Allah dari perbuatan salah, lupa dan dosa, dll.
3.       Al-Imamiyah
        Meyakini bahwa Muhammad telah menunjuk Ali sebagai imam pengganti dengan penunjukkan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, mereka tidak mengakui keabsahan kepemimpinan Abu Bakr, Umar, maupun Utsman. Diantara pokok ajarannya:  ilmu al-Faidh al-Ilahi, yang Allah melimpahkannya pada imam, sesungguhnya imam itu tidak harus tampak dan dikenal masyarakat, namun tetap harus ditaati seperti al-Mahdi, dll.
4.       Al-Gahliyah
        Kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-lebihan/ ekstrim. Abu Zahrah  menjelaskan bahwa kelompok ini menempatkan Ali pada derajat keTuhanan, dan ada yang mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi daripada Nabi Muhammad.
Adapun doktrin Gullat menurut Syahrastani yang membuat mereka ekstrim:
·         Tanasukh
·         Bada’
·         Raj’ah yang masih ada hubungannya dengan mahdiyah
·         Tasbih
·         Hulul
·         Ghayba 

BAB VII
PEMKIRAN KALAM AHLUSUNNAH
  1. Latar belakang berdirinya
        Muncul pada akhir abad ke-3 H yang dikenal sebagai ahlusunnah wal Jamaah dengan dipimpin oleh Syeikh Abu Hasan Ali al-Asy’ari dan Syeikh Abu Mansur al-Maturidi. Kadang disebut sebagai Ahlusunnah/ sunni, Asy’ari/ Asya’irah. Aliran al-Asy’ariyah berkembang di Basrah, maka aliran al-Maturidiyah berkembang di Samargand. Al-Asy’ari pada awalnya adalah seorang Mu’tazlity namun terdorong oleh keinginan mempertahankan sunnah maka lahirlah ajaran mereka.  Dan akhirnya berbalik menolak serta menyerang Mu’tazilah.  Pada zaman itu terjadilah apa yang dinamakan fitnah “al-Qur’an Makhluk” yang mengorbankan beribu-ribu ulama yang tidak sepaham dengan kaum Mu’tazilah.
  1. Ibnu Hambal
Dilahirkan di Baghdad tahun 164H dan meninggal tahun 241 H.
Pemikiran teologinya:
·      Tentang ayat-ayat mutasyabihah
          Dalam memahami ayat al-Qur’an lebih menerapkan pendekataan lafdzi (tekstual) daripada pendekataan  ta’wil. Ayat al-Qur’an diartikan sebagaimana adanya, penjelasan tentang tata cara diserahkan kepada Allah.
·      Tentang status al-Qur’an
          Mu’tazilah berpendapat yakni al-Qur’an tidak bersifat qodim, tetapi baru dan diciptakan. Ibnu Hnabal tidak sependapat dengan paham tersebut. Namun Ibnu Hanbal tidak mau membahas lebih lanjut tentang status al-Qur’an. Ia hanya mengatakan bahwa al-Qur’an tidak diciptakan.
  1.  Ibnu Taimiyah
Dilahirkan di Harran tahun 661 H dan meninggal tahun 729 H.  
Pemikiran teologi: mengkritik imam Hanbali. Ia mengatakan jika kalamullah qodim maka kalamnya juga qodim. Ibn Taimiyah tidak menyetujui penfsiran ayat-ayat mutasyabihat.
  1.  Al-Asy’ari
Dilahirkan di Bashrah tahun 260 H dan meninggal yahun 324 H.
Ajaran kalamnya, doktrin-doktrin al-Asy’ari:
1.  Tuhan sifat-sifatNya. Sifat Allha itu unik sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip. Sifat Allha berbeda dengan Allah sendiri, tetapi tidak terpisah dari esensi-Nya. Dengan demikian tidak berbeda dengan-Nya.
2.   Kekuasaan Tuhan atas perbuatan manusia. Dia berpandangan bahwa kehendak Tuhan tidak tunduk kepada siapapun. Apa saja yang dikehendaki Tuhan, itulah yang ada, dan apa yang ada, itulah yang dikehendaki.
3.    Akal dan wahyu serta krtiteria baik dan buruk. Ia berpendapat bahwa baik dan buruk harus berdasarkan wahyu.
4.    Qodimnya al-Qur’an. Menurutnya al-Qur’an bukan makhluk, melainkan kalam Allah yang qodim yang tidak mempunyai huruf dan suara.
5.  Melihat Allah. Ia berpendapat Allah dapat dilihat di akhirat, tetapi tidak dapat digambarkan.
6.    Keadilan. Ia tidak sependapat dengan ajaran Mu’tazilah. Menurutnya dari visi bahwa Allah adalah pemilik mutlak.
7.      Kedudukan orang berdosa. Mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik.
Setelah imam Asy’ari meninggal, perkembangan selanjjutnya lebih mendahulukan penafsiran akal. Tokoh Asy’ariyah senjutnya ialah
·    al-Baqillani yang dianggap melangkah lebih jauh dari Asy’ari
·    Abdul Malik al-Juwaini al-Naisaburi yang maju selangkah lagi ke depan mendekati Mu’tazilah.
·     Al-Ghazali yang dianggap sebagai revitalisator dari konsep Asy’ari.
Faktor keberhasilan pemikiran al-Asy’ari:
1. Pendiri aliran ini adalah sosok yang terkenal taqwa, cerdas, dan terampil dalam olah logika.
2. Mempunyai banyak pengikut dari ulama-ulama keempat madzhab besar yang menyebabkan mudah tersebar dan tersiarnya aloran pemikirannya.
3.   Al-Asy’ari dan pengikut-pengikutnya mampu meneruskan ajaran dan meletakkannya ke dalam buku-buku yang tidak sedikit jumlahnya.
4. Karena teologi ini didirikan atas kerangka landasan yang menganggap bahwa akal manusia lemah, maka disinilah letak kekuatan teologi al-Asy’ariyah itu , yaitu ia dengan mudah dapat diterima oleh umumnya umat Islam yang bersifat  sederhana dalam pemikiran.
5. Sejak berdirinya ia telah berpihak lepada awamnya umat Islam yang jumlahnya selalu mayoritas di dunia Sunni.
6. Sifat akomodatifya pada dinasti yang berkuasa sebagai konsekuensi logis dari paham manusia lemah dihadapan penguasa merupakan faktor penting tersebarnya aliran ini secara lemuas.
7.  Mempunyai basis yang kuat pada suatu masyarakat yang bersifat sederhana dalam cara hidup pemikiran, serta jauh dari pengetahuan.

  1.  Al-Maturidi
Didirikan oleh Abu Mansur al-Maturidi yang lahir di daerah Samarkand sekitar pertengahan abad ke-3 H dan wafat tahun 333 H.
Paham dan ajarannya, doktrin teologi al-maturidi:
1.     Akal dan wahyu. Al-Matiridi mendasarkan pada al-Qur’an dan akal. Namun porsi yang ia berikan kepada akal lebih besar daripada yang diberikan oleh al-Asy’ari.
2.    Perbuatan manusia. Manusia dapat berbuat sekehendak hatinya, manusia punya kebebasan untuk bertindak.
3. Sifat-sifat Tuhan. Sifat tidak dikatakan sebagai esensi-Nya dan bukan pula selain esensi-Nya. Sifat-sifat Tuhan itu inheren dengan dzat tanpa terpisah.
4.    Melihat Tuhan. Tuhan kelak di akhirat dapat ditangkap dengan penglihatan karena Tuhan mempunyai wujud walaupun ia immaterial, namun tidak memperkenalkan bentuknya.
5.     Kalam Tuhan. Kalam nafsi adalah sifat qodim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf-huruf dan suara adalah baru (hadis).
6.   Pengutusan Rasul. Pengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber informasi. Tanpa mengikuti ajaran wahyu yang disampaikan Rasul berarti manusia membebankan kepada akalnya sesuatu yang berada di luar kemampuannya.
7.    Pelaku dosa besar. Al-Maturidi berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Iman itu cukup dengan tashdiq dan iqrar, adapun amal adalah penyempurnaan iman.
         Perkembangan aliran maturidiyah cukup populer di dunia Islam, termasuk Indonesia. Namun pemikirannya seola-olah tenggelam terdominasi kalam la-Asy’ari  dan kurang mendapat perhatian yang seimbang, apalagi pengaruhnya terhadap pembentukan karakteristik ummat.

BAB VII
PEMIKIRAN KALAM ULAMA MODERN
A.      Muhammad Abduh
       Lahir di Mesir tahun 1849 M. Pemikiran teologi modernnya: jalan memperoleh pengetahuan menurutnya ada dua yaitu akal dan wahyu. Wahyu ia artikan pengetahuan yang diperoleh seseorang dalam dirinya sendiri dengan keyakinan bahwa itubersal dari Allah. Sedangkan akal menurutnya adalah suatu daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Antara akal dan wahyu tidak dapat dipertentangkan. Akal harus percaya pada wahyu, tetapi begitu pun akal tidak wajib menerima apa yang mustahil yang kelihatannya bertentangan dengan akal. Akal mempunyai kebebasan memberi interprestasi kepada wahyu. Dari sistem teologinya tersebut melahirkan banyak pandangan:
1.       Serangan terhadap taklid
2.       Perbedaan manusia dari segi akal
3.       Kekuatan akal dalam sistem teologinya
B.      Ahmad Khan
         Lahir di Delhi tahun 1817. Pemikiran teologinya: beliau mempunyai kesamaan pimikiran dengan Muhammad Abduh. Beliau juga sepaham dengan Qadariyah  tentang keyakinan kekuatan dan kebebasan akal. Menurutnya salah satu penyebab kemunduran Islam adalah kebodohan dan keterbelakangan, karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern sebagaimana yang dimiliki oleh negara Eropa lainnya.
C.      Muhammad Iqbal
Dilahirkan di india tahun 1877. Pemikiran teologinya:
1.  Hakekat teologi. Secara umum ia melihat teologi sebagai ilmu yang dimensi keimanan. Pandangan tentang teologi membuatnya berhasil melihat anomali (penyimpangan) yang melekat pada literatur ilmu kalam klasik.
2. Pembuktian Tuhan. Dalam membuktikan eksistensi Tuhan , Iqbal menolak argumen teleogis maupun ontologis. Ia juga meolak argumen teliologis yang berusaha membuktikan eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari segala luar. Walaupun demikian ia menerima landasan teleologis yang immanen (tetap ada).  Jadi Iqbal telah menafsirkan Tuhan yang immanen bagi alam.
3. Jati diri manusia. Manusia hidup mengetahui kepribadiannya serta menguatkan dan mengembangkan bakat-bakatnya.
4.    Dosa
5.    Surga dan neraka. Menurutnya surga dan neraka adalah keadaan bukan tempat.

BAB IX
TEOLOGI KONTEMPORER
  1. Ismail al-Faruqi
Lahir 1 Januari 1921 di Jaffa, Palestina. Pemikiran karyanya “Tahwid: Its Implications for Thought and Life”, buku ini mengupas hakikat tauhid secara mendalam.
1.    Tauhid sebagai inti pengalaman agama
2.    Tauhid sebagai pandangan dunia
3.    Tauhid sebagai intisari Islam
4.    Tauhid sebagai prinsip sejarah
5.    Tauhid sebagai prinsip pengetahuan
6.    Tauhid sebagai prinsip metafisika
7.    Tauhid sebagai prinsip etika
8.    Tauhid sebagai prinsip tata sosial
9.    Tauhid sebagai prinsip ummah
10. Tauhid sebagai prinsip keluarga

  1. Hasan Hanafi
Lahir  13 Februari 1935 di Cairo, Mesir. Karya:
1. Tahun 60-an. Tulisan Hanafi lebih dipengaruhi oleh paham-paham dominan yang berkembang di Mesir seperti nasionalistik, sosialistik dan populistik
2.  Tahun 70-an. Hanafi membberikan perhatian utama pada sebab-sebab kekalahan bangsa Arab ketika berperang melawan Israel 1967
3.   Tahun 80-an dan 90-an. Karya-karya Hanafi memiliki latar belakang politik yang relatif stabil di banding tahun sebelumnya.
Pemikiran: Kritik terhadap teologi tradisional dan rekontruksi teologi.

  1. H.M. Rasyidi
Pemikirannya:
1.     Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi
Ada kesan bahwa ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu kalam Kristen. Menurutnya, orang barat memakai istilah teologi untuk menunjukkan tauhid/ kalam karena mereka tak memiliki istilah lain.
2.     Tema-tema ilmu kalam
3.     Hakikat iman
  1. Harun Nasution
Lahir di Sumatra tahun 1919. Pemikiran kalamnya:
1.       Peranan akal
2.       Pembaharuan teologi
3.       Hubungan akal dan wahyu

BAB X
TEOSENTRIS DAN ANTROPOSENTRIS
  1. Latar belakang teologi klasik yang teosentris
1.       Kebebasan dalam berkehendak
·    Al-Asy’ari, semua tindak-tanduk manusia adalah ciptaan Tuhan, sedangkan manusia hanya memiliki upaya untuk bertindak.
·    Mu’tazilah, posisi manusia adalah sebagai pemilih dan bukanlah penentu. Karena Allah telah menganugerahkan manusia akal .
·   Jabariyah, manusia adalah penentu dan bukan pemilih, tetapi semuanya tetap ciptaan Allah.
2.       Melihat Allah
·      Mu’tazilah, Allah tidak mungkin dapat dilihat di sunia maupun di akhirat.
·   Al-Asy’ari, Allah dapat dilihat, tetapi dengan tatat cara yang tidak dapat diketahui secara logika dan hanya Allah lah yang mengetahui.
3.       Tuhan dan sifat-sifat-Nya
·     Al-Asy’ari, Allah mempunyai semua sifat yang disebutkan dalam al-Qur’an dan sunnah, dan sifat-sifat-Nya itu harus difahami mneurut arti harfiyahnya.
·       Mu’tazilah, sifat-sifat Allah tidak lai adalah esensi-esensinya.
4.       Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
·         Al-Asy’ari mengutamakan wahyu
·         Mu’tazilah mengutamakan akal
5.       Qadimnya al-Qur’an
·       Mu’tazilah, al-Qur’an merupakan sesuatu yang diciptakan sehingga tidak qadim.
·     Madzhab Hambali, tidak mengatakan apapun yang mengatakan al-Qur’an adalah qadim, hanya menegaskan al-Qur’an adalah kalam Allah yang tidak diciptakan.
6.       Keadilan Tuhan
·    Al-Asy’ari, Allah tidak memiliki keharusan apapun karena ia adalah penguasa mutlak. Visi bahwa Allah adalah pemiliki mutlak.
·        Mu’tazilah, keadilan dari visi manusia yang memiliki dirinya.
7.       Kedudukan orang berdosa
·      Al-Asy’ariyah, mukmin yag berbuat dosa besar adalah mukmin yang fsaik, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufur.
·      Mu’tazilah, orang ynag berdosa besar akan berada posisi antara dua posisi (baina manzilatain).
  1. Karakteristik teologi klasik
1.       Tekstualis
2.       Pembahasan yang vertikal
3.       Belum membahas relaitas sosial
4.       Kental dengan nuansa konsep ketuhanan
  1. Akar munculnya teologi kontemporer yang antroposentris
1.       Kesadaran pentingnya rekontruksi teologi
2.       Kritik terhadap teologi klasik
  1. Karakteristik teologi kontemporer
1.       Bersifat Antropo Centris
2.       Integransi teologi dan filsafat
3.       Berparadigma kritis
4.       Berprinsip pengembangbiakan dan apa saja boleh

0 komentar:

Posting Komentar