Nama : NURRINA FAJRIN
NIM : 931323516
Kelas/ smt: Ekonomi Syariah F/1
BAB I
DASAR-DASAR
QUR’ANI DAN SEJARAH ILMU KALAM
- Pengertian dan dasar Qur’ani ilmu kalam
Teologi dari segi etimologi dari
bahasa Yunani, yang terdiri dari kata theos berarti Tuhan dan Dewa, dan logos
berarti ilmu. Jadi teologi adalah pengetahuan ketuhanan. Menurut Ibnu Khaldun,
teologi adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang
aqidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional.
Teologi disebut
juga:
1.‘ilm al-tauhid mengandung arti satu atau esa.
2.‘ilm al-kalam karena kaum teolog Islam bersifat dengan
kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing.
3. Mutakalim yaitu
ahli debat yang pintar memakai kata-kata.
Menurut
pembahasannya Kalam dinamai:
1. Ilmu tauhid: karena ilmu ini mengajak orang agar meyakini dan
mempercayai hanya pada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
2. Ilmu Ushuluddin: karena ilmu ini membahas pokok-pokok keagamaan,
yaitu keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan
3. Ilmu ‘Aqaid: karena dengan ilmu ini seseorang diharapkan agar
meyakini dalam hatinya secara mendalam dan mengikatkan dirinya hanya pada Allah
sebagai Tuhan.
Dalam Islam
terdapat dua jenis aliran teologi yaitu, bersifat Liberal dan Tradisional.
Kedua corak teologi ini tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran dasar Islam.
Dengan demikian orang dapat memilih aliran mana saja sebagai teologi yang
dianutnya, tidaklah menyebabkan ia menjadi keluar dari Islam.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi lahirnya ilmu Kalam:
1. Faktor dari dalam
·
Al-Qur’an
Menyinggung
golongan dan agama-agama pada masa Muhammad SAW., yang mempunyai kepercayaan
tidak benar. Salah satunya golongan kafir dalam surat al-Isra’: 94
وَمَا
مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَىٰ إِلَّا أَنْ قَالُوا
أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولًا
Dan tidak
ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk
kepadanya, kecuali perkataan mereka: "Adakah Allah mengutus seorang
manusia menjadi rasuI?"
· Adanya nash-nash yang
kelihatannya saling bertentangan, sehingga datang orang-orang yang mengumpulkan
ayat tersebut dan menfilsafatinya. Contohnya: adanya ayat-ayat yang menunjukkan
adanya paksaan, Q.S. al-Baqarah: 6
إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ
لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.
سَأُرْهِقُهُ صَعُودًا
Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang
memayahkan.
2. Faktor dari luar
·
Banyak diantara pemeluk
Islam yang mula beragama Yahudi, Masehi, dan lain-lain, bahkan diantara mereka ada yang pernah
menjadi ulamanya. Setelah mereka tenang dari tekanan kaum muslimin mulailah
mereka mengkaji lagi aqida agama mereka dan mengembangkan ke dalam Islam.
·
Golongan Islam yang dulu,
terutama golongan Mu’tazilah ,memusatkan perhatiannya untuk penyiaran Islam dan
membantah alasan-alasan mereka yang memusuhi Islam, dengan cara mengetahui
dengan sebaik-baiknya aqidah-aqidah mereka.
· Sebagai kelanjutan dari
sebab tersebut, Mutakallimin hendak mengimbangi lawan-lawannya yang menggunakan
filsafat, maka mereka terpaksa mempelajari logika dan filsafat.
- Sejarah ilmu kalam
Tauhid sebagai
ilmu bari dikenal jauh sesudah wafatnya Rasulullah tepatnya pada zaman Khalifah
al-Makmun. Orang yang dianggap pemula
dalam menyusun ilmu Tauhid adalah Abu Hasan Ali al-Asy’aris
BAB II
KERANGKA BERPIKIR ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM
- Ruang lingkup pembahasan ilmu kalam
1. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah. Termasuk juga hubungan
Tuhan dengan alam semesta dan manusia.
2. Hal yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara
antara manusia dan Allah meliputi: Malaikat, Nabi/ Rosul, dan kitab suci.
3. Hal yang berhubungan dengan sam’iyyat (sesuatu yang erhubungan
melalui lewat sumber yang meyakinkan, yakni al-Qur’an dan Hadits, misalnya
tentang alam kubur, azab kubur, bangkit di padang mahsyar dll).
Teologi Islam
mulanya berkembang dari:
1. Sebagai metodologi teologi, merupakan suatu cara untuk memahami
doktrin agama melalui pendekatan wahyu dan pemikiran rasionalnya.
2. Menjadi ilmu teologi, merupakan ilmu yang membahas masalah
ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.
3. Menjadi teologi aksiologi, merupakan upaya memahami doktrin
agama secara mendalam untuk mengadvokasi berbagai permaslaahan kretimpangan
sosial.
Wilayah
pembahasan teologi Islam:
1. Klasik teoritik, membahas secara teoritik aspek-aspek ketuhanan
dan berbagai kaitan-Nya.
2. Kontemporer praktik, secara praktik membahas ayat-ayat Tuhan dan
sunnah-sunnah Rasul-Nya yang nilai doktrinnya mengadvokasi berbagai ketimpangan
sosial.
Teologi kedua ini
dapat dikembangkan lagi:
1. Teologi lingkungan, mengadvokasi permasalahan alam semesta.
Kajiannnya seperti: teologi pemiliharaan lingkungan, teologi sampah, dll.
2. Teologi transformatif, mengadvokasi permasalahan perubahan.
Kajiannya seperti: teologi pembebasan, teologi sains, dll.
3. Teologi sosial, mengadvokasi permasalahan masyarakat.
Beberapa metode/
cara pembahasan ilmu kalam bersumber dari:
1. Al-Qur’an, diantarannya:
·
Q.S. al-Ikhlas: 1-4. Ayat ini menunjukkan
bahwa Allah Maha Esa
· Q.S. asy-Syara: 7. Ayat ini
menunjukkan bahwa Tuha tidak menyerupai apapun di dunia ini
2. Hadits, diantarnya menjelaskan tentang iman dan ihsan, dll.
3. Pemikiran manusia, pemikiran manusia berasal dari pemikiran umat
Islam sendiri dan pemikiran yang berasal dari luar umat Islam
4. Insting
- Kerangka berpikir aliran-aliran ilmu kalam
Perbedaan metode
berfikir:
1. Rasioanal, memiliki prinsip-prinsip hanya teringat pada
dogma-dogma yang dengan jelas dan tegas disebut dalam al-Qur’an dan hadits,
yakni ayat yang qathi. Dianut oleh aliran mu’tazilah
2. Tradisional, miliki prinsip-prinsip yakni terikat pada
dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti dzanni. Dianut oleh aliran
Asy’ariyah.
Perbedaaan metode
dalam penyelesaian persoalan kalam:
1. Aliran antroposentris, menganggap bahwa hakikat realitas
trasnsenden bersifat intrakosmos dan impersonal. Manusia adalah anak kosmos
2. Teolog teosentris,
menganggap bahwa hakikat tarnsenden bersifat suprakosmos, personal dan
ketuhanan. Tuhan adalh pencipta segala yang ada di kosmos ini.
3. Aliran konvergensi sintesis, menganggap hakikat realitas
transenden bersifat supra sekaligus intrakosmos personal dan impersonal.
Eksistensi kosmos yang dikatakan sebagai pencipta pada dasarnya adalah
penyingkapan asma dan sigat-sifat-Nya yang azali.
4. Aliran nihilis, menganggap bahwa hakikat realitas transendental
hanyalah ilusi. Menolak Tuhan secara mutlak, tetapi menerima berbagai variasi
Tuhan kosmos.
BAB III
HUBUNGAN ILMU KALAM, FILSAFAT DAN TASAWUF
- Pengertian
Ilmu kalam ialah
ilmu berisi alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan iman dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhdap orang-orang yang
menyeleweng dari kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah. Filsafat
menurut Aristoteles ialah metode/ cara yang digunakan untuk menyelidiki sebab
dan asa sutau benda. Sedangkan tasawuf
menurut Harun Nasution ialah sebagai ilmu yang mempelajari cara dan jalan
bagaimana orang Islam dapat sedekat mungkin dengan Allah agar memperoleh
hubungan langsung.
- Hubungan
1. Ketiganya berusaha menemukan apa yang disebut kebenaran
2. Kebenaran dalam tasawuf berupa tersingkapnya Kebenaran Sejati
(Allah) melalui mata hati.
3 Kebenaran dalam ilmu kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran
agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash
Maka ketiganya
mendalami pencarian segala yang bersifat rahasia (ghaib) yang dianggap sebagai
“kebenaran terjauh” dimana tidak semua orang dapat melakukannya.
Persamaannya
yaitu mempunyai kemiripan objek kajian yang berkaitan dengan ketuhanan. Objek
kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah
ketuhanan disamping masalah alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sedangkan
objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yakni upaya-upaya
pendekatan terhadap-Nya.
Perbedaannya yaitu terletak pada aspek metodologinya. Dari segi metode, ilmu kalam menggunakan metode dialektika dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan. Filsafat menggunakan metode rasional. Ilmu tasawuf menekankan rasa daripada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagian pakar mengatakan metode ilmu tasawuf adalah instuisi, atau ilham, atau insprasi yang datang dari Tuhan.
Perbedaannya yaitu terletak pada aspek metodologinya. Dari segi metode, ilmu kalam menggunakan metode dialektika dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan. Filsafat menggunakan metode rasional. Ilmu tasawuf menekankan rasa daripada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagian pakar mengatakan metode ilmu tasawuf adalah instuisi, atau ilham, atau insprasi yang datang dari Tuhan.
Sedangkan di
dalam pertumbuhannya, ilmu kalam berkembang menjadi teologi rasional dan
teologi tradisional. Filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat itu
sendiri. Tasawuf berkembang menjadi tasawuf praktis dan tasawuf teoritis.
Sebagian orang memandang ahwa ketiga ilmu itu memiliki jenjang tertentu. Jenjang
pertama adalah ilmu kalam, kemudian filsafat dan yang terakhir adalah ilmu
tasawuf.
BAB IV
KALAM KHAWARIJ DAN MURJI’AH
- Khawarij
Berasal dari kata kharaja yang
berarti “keluar”. Yaitu yang semula mendukung Ali menjadi kaum yang keluar dan
memisahkan diri dari Ali, karena ketidak sepakatan terhadap keputusan Ali yang
menerima arbitrase (tahkim) dalam perang Siffin dengan kelompok pemberontak
(Muawiyah) perihal persengketaan khalifah. Pihak Ali hampir memperoleh kemenangan pada
peperangan itu, tetapi Ali menerima tipu daya licik ajakan damai Muawiyah. Ali
sebenarnya sudah mencium kelicikan dibalik ajakan damai Muawiyah, namun karena
desakan sebagian pengikutnya terutama ahli qurra untuk menghentikan peperangan.
Keputusan tahkim, yakni
Ali diturunkan dari jabatannya sebagai khalifah oleh utusannya, dan mengangkat
Muawiyah menjadi khalifah pengganti Ali sangat mengecewakan orang-orang
khawarij. Pada saat itu orang-orang khawarij keluar dari pasukan Ali dan
langsung menuju Hurura. Oleh sebab itu khawarij disebt degan nama Hururiah.
Kadang mereka disebut Syurah yang berarti “golongan yang mengorbankan dirinya
untuk Allah” dan al-Mariqah.
Sekte-sekte dan
ajaran-ajarannya
1. Al-Muhakkimah
Khawarij asli dan terdiri dari
pengikut-pengikut Ali. Bagi mereka Ali, Muawiyah dan kedua perangantara Amr ibn
al-Ash dan Abu Musa al-Asy’ari dan semua orang yang menyetujui arbitrase
bersalah dan menjadi kafir. Selanjutnya hukum kafir ini mereka luaskan artinya
sehingga termasuk ke dalamnya tiap orang yang berbuat dosa besar.
2. Azariqah
Pengikut-pengikut Nafi ibn al-Azraq yang
pergi bersamanya. Merupakan golongan yang terkuat dan banyak jumlahnya. Nafi
mengeluarkan hukum-hukum bagi penduduk yang enggan membantunya:
· Penduduk yang tidak
membantu gerakan mereka dan menantang mereka dipandang musyrik, karena mereka
menyeru masyarakat kepada seruan Rasul.
· Daerah penduduk yang tidak menyetujui
pajam mereka dipandang Darus Syirki
· Tidak boleh memelihara diri
dalam bermuamalah dengan penduduk itu,
karena Allah telah mencela orang-orang yang karena takut lalu memelihara
dirinya.
· Boleh para penzina muhshan
tidak dirajam karena nash hanya menyuruh dicambauk saja.
3. Najdah
Mengkritik Nafi’ atas paham-paham
barunya. Bahwasanya golongan Najdah berpendapat bahwa masyarakat tidak
memerlukan adanya kepala keluarga. Akan tetapi, kalau dirasa perlu untuk
mewujudkan kerukunan dalam masyarakat maka boleh mengangkat kepala negara untuk
itu. Juga berpendapat bahwa berdusta lebih jahat dari berzina, mengerjakan dosa
kecil merupakan syirik , mengerjakan dosa besar tanpa terus menerus tidak
merupakan syirik dan Ahlul Ahdi Wadzdzimmah di dalam daruttaqiyah
halam ditumpahkan.
4. Al-‘Ajaridah
Pengikut dari Abd al-Karim ibn ‘Ajrad,
bersifat lebih lunak karena menurut paham mereka berhijrah bukanlah merupakan
kewajiban dan mempunyai paham puritanisme. Golongan ini terpecah belah diantara
mereka yaitu golongan al-Maimuniah yang menganut paham Qadariah, golongan
al-Hamziah menganut paham yang sama, dan al-Syu’aibiah yang menganut paham
sebaliknya.
5. Al-Sufriah
Pemimpinnya ialah
Ziad ibn al-Ashfar. Dalam paham mereka dekat sama dengan golongan al-Azariqah.
6. Al-Ibadah
Golongan yang paling moderat. Namanya diambil dari Abdulah
ibn Ibad yang pada tahun 686 M memisahkan diri dari golongan al-Azariqah.
- Murji’ah
Aliran ini muncul sebagai reaksi
atas sikap yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan sebagaimana
hal yang dilakukan aliran Khawarij. Murji’ah bersikap netral. Bagi mereka,
sahabat-sahabat yang bertentangan itu merupakan orang-orang yang dapat
dipercayai dan tidak keluar dari jalan yang benar.
Ajaran pokok
Murji’ah:
1. Iman hanya membenarkan (pengakuan) di dalam hati
2. Orang Islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumi kafir.
Muslim tersebut tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat syahadat
3. Hukum terhadap perbuatan manusia ditangguhkan hingga di akhirat.
Sekte-sekte dan
ajaraannya:
Pada umumnya kaum
Murji’ah dibagi menjadi:
1. Murji’ah moderat berpendapat bahwa orang yang berdosa besar
bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka, tetapi akan dihukum dalam neraka
sesuai dengan besarnya dosa yang dilakukannya, dan kemungkinan bahwa Tuhan akan
mengampuni dosanya dan oleh karena itu tidak akan masuk neraka sama sekali.
2. Murji’ah ekstrim yang berpendirian orang Islam yang percaya pad
Tuhan kemudia mengatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena
iman dan kufur tempatnya hanyalah dalam hati. Iman adalah mengetahui Tuhan dan
kufur adalah tidak mengetahui Tuhan.
BAB V
JABARIYAH DAN QADARIYAH
- Jabariyah
Berasal dari kata “jabara”
yang berarti memaksa. Menurut Harun Nasution, Jabariyah adalah paham yang
menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh
Qadha dan Qadar Allah. Ada yang mengistilahkan Jabariyah adalah aliran manusia
menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya. Menganai latar belakang lahirnya
aliran Jabariyah tidak adanya penjelasan yang sarih. Tokoh yang
mendirikan aliran ini menurut Abu Zahah dan al-Qasimi adalah Jahm bin Safwan.
Ajaran-ajaran Jabariyah:
1. Aliran ekstrim, berpendapat bahwa manusia tidak mampu berbuat
apa-apa.
2. Aliran moderat, berpendapat Tuhan menciptakan perbuatan manusia,
tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya.
Tokoh-tokoh
Jabariyah:
1. Al-Jahmiyah
2. Ja’ad bin Dirham
3. An-Najariyyah
4. Ad-Dhirariyyah
- Qadariyah
Berasal dari kata “qadara” yang
berarti kemampuan dan kekuatan. Menurut Harun Nasution aliran ini menegaskan bahwa manusia mempunyai
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian
bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Sejarah lahirnya aliran
Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti dan masih merupakan perdebatan.
Ajaran-ajaran
Qadariyah:
Segala tingkah laku manusia
dilakukan atas kehendaknya sendiri. Karena itu sangat pantas, orang yang
berbuat akan mendapatkan balasannya sesuai dengan tindakannya.
Tokoh-tokoh
Qadariyah:
Dalam menetapkan kapan
munculnya, dan siapa tokoh-rokoh paham Qadariyah ini, para ahli teologi masih
berbeda pendapat. Salah satunya menurut Ahmad Amin, para ahli teologi ada yang
berpendapat bahwa Qadariyah pertama dimunculkan oleh Ma’bad al-Jauhani.
Sedangkan Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh al-Uyun, seperti dikutib oleh Ahmad
Amin, memberikan pertanyaan lain bahwa yang pertama memunculkan paham Qadariyah
adlah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk Islam dan kembali
lagi ke agama Kristen. Orang tersebut bernama Susan, dll.
- Refleksi faham Qadariyah dan Jabatiyah: sebuah perbandingan tentang musibah
Dalam paham Jabariyah
berpendapat bahwa manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Sedang yang paham
Qadariyah bahwa segala tingkah laku
manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Pada perkembangan selanjutnya,
paham Jabariyah disebut juga paham tradisional dan konservatif dan paham
Qadariyah disebut juga sebagai paham rasional dan liberal. Kedua paham itu dapat dicermati pada suatu
musibah, misalnya, kecelekaan pesawat terbang. Bagi yang berpaham Jabariyah
biasanya dengan enteng mengatakan bahwa kecelakaan itu sudah kehendak dan
perbuatan Allah. Sedangkan yang berpaham Qadariyah
condong mencari tahu dimana letak peranan manusia pada kecelakan itu.
Akibat dari
perbedaan sikap dan posisi itu, ilmu pengetahuan lebih pasti berkembang di
dalam paham Qadariyah ketimbang Jabariyah.
BAB VI
ALIRAN MU’TAZILAH DAN SYI’AH
- Mu’tazilah
Secara etimologi
berasal dari kata “i’tizal” artinya menunjukkan kesendirian, kelemahan,
keputus-asaan, atau mengasingkan diri. Pelopornya adalah Washil bin Atho’ al-Makhzumi
al-Ghozzal. Munculnya aliran ini sebagai reaksi atas pertentangan antara aliran
Khawarij mengenai soal orang mukmin yang berdosa besar. Secara teknis
Mu’tazilah menunukkan pada dua golongan:
1. Mu’tazilah I, muncul sebagai respon politik murni, yakni bermula
dari gerakan atau sikap politik beberapa sahabat yang “gerah” terhadap
kehidupan politik umat Islam pada masa pemerintahan Ali.
2. Mu’tazilah II, muncul sebagai respon persoalan teologis yang
berkembang di kalangan Khawarij dan Murji’ah akibat adanya peristiwa tahkim.
Lima ajaran dasar
teologi Mu’tazilah:
1. Tauhid
Berpendapat bahwa
Tuhan itu esa, tak ada satupun yang menyamai-Nya. Dia maha melihat, mendengar,
kuasa mengetahui dsb. Namun, itu semua bukanlah sifat Allah, melainkan
dzat-Nya. Menurut mereka, sifat adalah sesuatu yang melekat. Apa yang disebut
dengan sifat adalah dzat Tuhan itu sendiri. Bila sifat Tuhan itu qodim, maka
qodim yang itu berarti ad dua, yakni dzat dan sifatnya.
2. al-Adl
Tuhan dikatakan
adil jika bertindak hanya yang baik, terbaik dan tidak menyalahi/ melanggar
janji-Nya. Ajaran tentang keadilan ini berkaitan erat dengan: perbuatan
manusia, berbuat baik dan terbaik, mengutus rasul.
3. Al-Wa’ad wa al-Wa’id
Berarti janji dan
ancaman. Perbuatan Tuhan terikat dan dibatasi oleh janji-Nya sendiri.
4. Manzilah bain al-Manzilataini
Pokok ajaran ini
adalah bahwa mukmin yang melakukan dosa besar dan belum tobat bukan lagi mukmin
atau kafir, tetapi fasiq.
5. Al-Amr bi al-Ma’ruf wa an-Nahy an-Munkar
Pengakuan
keimanan harus dibuktikan dengan perbuatan baik diantaranya dengan menyuruh
pada kebajikan dan melarang pada kemungkaran. Menurut Mu’tazilah, jika memang
diperlukan, kekerasan dapat ditempuh untuk mewujudkan ajaran tersebut. Sejarah pun
telah mencatat kekerasan yang pernah dilakukannya ketika menyiarkan
ajaran-ajarannya.
- Syi’ah
Secara etimologi berarti pembela
dan pengikut seseorang . menurut etimologi syariat berarti mereka yang
mengatakan bahwa Ali bin abi Thalib sangat utama diantara para sahabat dan
lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula
anak cucunya sepeninggalan beliau.
Sejarah munculnya Syi’ah menurut
Watt, Syi’ah muncul ketika berlangsung peperangan antara Ali dan Muawiyah.
Dalam peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhada arbitrase yang
ditawarkan Muawiyah. Pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, yakni Syi’ah
(kelompok mendukung siakp Ali) dan Khawarij (kelompok menolak Ali). Sekte
Syi’ah itu adalah Itsna Asy;ariyah, Sa’biyah, Zaidiyah, dan Ghullat.
Pokok ajaran
Syi’ah:
1. At-Tauhid
Menurut mereka Allah memiliki 2 sifat
yaitu al-tsubutiyah yang merupakan sifat yang harus dan tetap ada pada
Allah. Sifat ini mencakup mengetahui, berkuasa, hidup, berkehendak, dll.
Sedangkan sikap kedua yaitu al-salbiyah yang merupakan sifat yang tidak
mungkin ada pada Allah, meliputi tersusun dari beberapa bagian, berjisim, bisa
dilihat, bertempat, dll.
2. Al-Adl
Tuhan selalu melakukan perbuatan yang
baik dan tidak melakukan apapun yang buruk. Tuhan juga tidak meninggalkan
sesuatu yang wajib dikerjakan-Nya.
3. An-Nubuwwah
Allah mengutus Nabi dan Rasul untuk
membimbing umat manusia. Dalam hal kenabian, Syi’ah berpendapat bahwa jumlah
Nabi dan Rasul seluruhnya yaitu 124 orang. Nabi terpelihara dari segala
keburukan, para Nabi terpelihara dari segala bentuk kesalahan baik sebelum
maupun sesudah diangkat menjadi Rasul.
4. Al-Imamah
Ia merupakan pengganti Rasul dalam
memelihara syari’at, melaksanakan huduud (had/ hukuman terhadap
pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta ketentraman umat.
5. Al-Ma’ad
Kaum Syi’ah
percaya sepenuhnya bahwa hari akhirat itu pasti terjadi. Dan pada hari kiamat
itu pula manusia harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah
dilakukan selama hidup di dunia di hadapan Allah.
Perkembangan
Syi’ah menurut para ahli umumnya terbagi menjadi 4 sekte:
1. Al-Kaisaniyah
Meyakini bahwa kepemimpinan setelah Ali
beralih ke anaknya Muhammad bin Hanafiyah. Dinantara ajarannya ialah
mengkafirkan khalifah yang mendahului imam Ali dan mengkafirkan mereka yang
terlibat perang Sifin dan perang Jamal. Sekte ini terbagi menjadi beberapa kelompok yang mempunyai
paham yang berbeda:
· Meyakini bahwa Muhammad bin
Hanafi masih hidup
· Meyakini behwa Muhammad bin
Hanafi telah tiada, dan jabatan kepemimpinan beralih kepada yang lain.
2. Az-Zaidiyah
Mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali
bin Husein Zainal Abidin setelah kepemimpinan Husein bin Ali. Mereka
mengannggap Husein bin Ali tidak memenuhi syarat sebagai kepemimpinan. Diantara
pokok ajarannya: mengakui kekhalifahan Abu Bakr, Umar dan Utsman, meskipun Ali
sebagai sahabat yang paling mulia. Tidak mengakui paham ishmah, yaitu keyakinin
bahwa para imam dijamin oleh Allah dari perbuatan salah, lupa dan dosa, dll.
3. Al-Imamiyah
Meyakini bahwa Muhammad telah menunjuk
Ali sebagai imam pengganti dengan penunjukkan yang jelas dan tegas. Oleh karena
itu, mereka tidak mengakui keabsahan kepemimpinan Abu Bakr, Umar, maupun
Utsman. Diantara pokok ajarannya: ilmu
al-Faidh al-Ilahi, yang Allah melimpahkannya pada imam, sesungguhnya imam itu
tidak harus tampak dan dikenal masyarakat, namun tetap harus ditaati seperti
al-Mahdi, dll.
4. Al-Gahliyah
Kelompok pendukung Ali yang memiliki
sikap berlebih-lebihan/ ekstrim. Abu Zahrah
menjelaskan bahwa kelompok ini menempatkan Ali pada derajat keTuhanan,
dan ada yang mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi daripada
Nabi Muhammad.
Adapun doktrin
Gullat menurut Syahrastani yang membuat mereka ekstrim:
·
Tanasukh
·
Bada’
·
Raj’ah yang masih
ada hubungannya dengan mahdiyah
·
Tasbih
·
Hulul
·
Ghayba
BAB VII
PEMKIRAN KALAM AHLUSUNNAH
- Latar belakang berdirinya
Muncul pada akhir abad ke-3 H
yang dikenal sebagai ahlusunnah wal Jamaah dengan dipimpin oleh Syeikh Abu
Hasan Ali al-Asy’ari dan Syeikh Abu Mansur al-Maturidi. Kadang disebut sebagai
Ahlusunnah/ sunni, Asy’ari/ Asya’irah. Aliran al-Asy’ariyah berkembang di
Basrah, maka aliran al-Maturidiyah berkembang di Samargand. Al-Asy’ari pada
awalnya adalah seorang Mu’tazlity namun terdorong oleh keinginan mempertahankan
sunnah maka lahirlah ajaran mereka. Dan
akhirnya berbalik menolak serta menyerang Mu’tazilah. Pada zaman itu terjadilah apa yang dinamakan
fitnah “al-Qur’an Makhluk” yang mengorbankan beribu-ribu ulama yang tidak
sepaham dengan kaum Mu’tazilah.
- Ibnu Hambal
Dilahirkan di Baghdad tahun 164H dan
meninggal tahun 241 H.
Pemikiran
teologinya:
·
Tentang ayat-ayat mutasyabihah
Dalam memahami ayat al-Qur’an lebih
menerapkan pendekataan lafdzi (tekstual) daripada pendekataan ta’wil. Ayat al-Qur’an diartikan
sebagaimana adanya, penjelasan tentang tata cara diserahkan kepada Allah.
·
Tentang status al-Qur’an
Mu’tazilah berpendapat yakni al-Qur’an
tidak bersifat qodim, tetapi baru dan diciptakan. Ibnu Hnabal tidak sependapat
dengan paham tersebut. Namun Ibnu Hanbal tidak mau membahas lebih lanjut
tentang status al-Qur’an. Ia hanya mengatakan bahwa al-Qur’an tidak diciptakan.
- Ibnu Taimiyah
Dilahirkan di
Harran tahun 661 H dan meninggal tahun 729 H.
Pemikiran teologi: mengkritik imam Hanbali. Ia mengatakan
jika kalamullah qodim maka kalamnya juga qodim. Ibn Taimiyah tidak menyetujui
penfsiran ayat-ayat mutasyabihat.
- Al-Asy’ari
Dilahirkan di Bashrah tahun 260
H dan meninggal yahun 324 H.
Ajaran kalamnya,
doktrin-doktrin al-Asy’ari:
1. Tuhan sifat-sifatNya. Sifat Allha itu unik sehingga tidak dapat
dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip. Sifat Allha
berbeda dengan Allah sendiri, tetapi tidak terpisah dari esensi-Nya. Dengan
demikian tidak berbeda dengan-Nya.
2. Kekuasaan Tuhan atas perbuatan manusia. Dia berpandangan bahwa
kehendak Tuhan tidak tunduk kepada siapapun. Apa saja yang dikehendaki Tuhan,
itulah yang ada, dan apa yang ada, itulah yang dikehendaki.
3. Akal dan wahyu serta krtiteria baik dan buruk. Ia berpendapat
bahwa baik dan buruk harus berdasarkan wahyu.
4. Qodimnya al-Qur’an. Menurutnya al-Qur’an bukan makhluk,
melainkan kalam Allah yang qodim yang tidak mempunyai huruf dan suara.
5. Melihat Allah. Ia berpendapat Allah dapat dilihat di akhirat,
tetapi tidak dapat digambarkan.
6. Keadilan. Ia tidak sependapat dengan ajaran Mu’tazilah.
Menurutnya dari visi bahwa Allah adalah pemilik mutlak.
7. Kedudukan orang berdosa. Mukmin yang berbuat dosa besar adalah
mukmin yang fasik.
Setelah imam
Asy’ari meninggal, perkembangan selanjjutnya lebih mendahulukan penafsiran
akal. Tokoh Asy’ariyah senjutnya ialah
·
al-Baqillani yang dianggap
melangkah lebih jauh dari Asy’ari
· Abdul Malik al-Juwaini
al-Naisaburi yang maju selangkah lagi ke depan mendekati Mu’tazilah.
· Al-Ghazali yang dianggap
sebagai revitalisator dari konsep Asy’ari.
Faktor
keberhasilan pemikiran al-Asy’ari:
1. Pendiri aliran ini adalah sosok yang terkenal taqwa, cerdas, dan
terampil dalam olah logika.
2. Mempunyai banyak pengikut dari ulama-ulama keempat madzhab besar
yang menyebabkan mudah tersebar dan tersiarnya aloran pemikirannya.
3. Al-Asy’ari dan pengikut-pengikutnya mampu meneruskan ajaran dan
meletakkannya ke dalam buku-buku yang tidak sedikit jumlahnya.
4. Karena teologi ini didirikan atas kerangka landasan yang
menganggap bahwa akal manusia lemah, maka disinilah letak kekuatan teologi
al-Asy’ariyah itu , yaitu ia dengan mudah dapat diterima oleh umumnya umat
Islam yang bersifat sederhana dalam
pemikiran.
5. Sejak berdirinya ia telah berpihak lepada awamnya umat Islam
yang jumlahnya selalu mayoritas di dunia Sunni.
6. Sifat akomodatifya pada dinasti yang berkuasa sebagai
konsekuensi logis dari paham manusia lemah dihadapan penguasa merupakan faktor
penting tersebarnya aliran ini secara lemuas.
7. Mempunyai basis yang kuat pada suatu masyarakat yang bersifat
sederhana dalam cara hidup pemikiran, serta jauh dari pengetahuan.
- Al-Maturidi
Didirikan oleh Abu Mansur
al-Maturidi yang lahir di daerah Samarkand sekitar pertengahan abad ke-3 H dan
wafat tahun 333 H.
Paham dan
ajarannya, doktrin teologi al-maturidi:
1. Akal dan wahyu. Al-Matiridi mendasarkan pada al-Qur’an dan akal.
Namun porsi yang ia berikan kepada akal lebih besar daripada yang diberikan
oleh al-Asy’ari.
2. Perbuatan manusia. Manusia dapat berbuat sekehendak hatinya,
manusia punya kebebasan untuk bertindak.
3. Sifat-sifat Tuhan. Sifat tidak dikatakan sebagai esensi-Nya dan
bukan pula selain esensi-Nya. Sifat-sifat Tuhan itu inheren dengan dzat
tanpa terpisah.
4. Melihat Tuhan. Tuhan kelak di akhirat dapat ditangkap dengan
penglihatan karena Tuhan mempunyai wujud walaupun ia immaterial, namun
tidak memperkenalkan bentuknya.
5. Kalam Tuhan. Kalam nafsi adalah sifat qodim bagi Allah,
sedangkan kalam yang tersusun dari huruf-huruf dan suara adalah baru (hadis).
6. Pengutusan Rasul. Pengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber
informasi. Tanpa mengikuti ajaran wahyu yang disampaikan Rasul berarti manusia
membebankan kepada akalnya sesuatu yang berada di luar kemampuannya.
7. Pelaku dosa besar. Al-Maturidi berpendapat bahwa orang yang
berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati
sebelum bertobat. Iman itu cukup dengan tashdiq dan iqrar, adapun
amal adalah penyempurnaan iman.
Perkembangan
aliran maturidiyah cukup populer di dunia Islam, termasuk Indonesia. Namun
pemikirannya seola-olah tenggelam terdominasi kalam la-Asy’ari dan kurang mendapat perhatian yang seimbang,
apalagi pengaruhnya terhadap pembentukan karakteristik ummat.
BAB
VII
PEMIKIRAN
KALAM ULAMA MODERN
A. Muhammad Abduh
Lahir di Mesir
tahun 1849 M. Pemikiran teologi modernnya: jalan memperoleh pengetahuan
menurutnya ada dua yaitu akal dan wahyu. Wahyu ia artikan pengetahuan yang
diperoleh seseorang dalam dirinya sendiri dengan keyakinan bahwa itubersal dari
Allah. Sedangkan akal menurutnya adalah suatu daya yang hanya dimiliki manusia
dan oleh karena itu dialah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Antara
akal dan wahyu tidak dapat dipertentangkan. Akal harus percaya pada wahyu,
tetapi begitu pun akal tidak wajib menerima apa yang mustahil yang kelihatannya
bertentangan dengan akal. Akal mempunyai kebebasan memberi interprestasi kepada
wahyu. Dari sistem teologinya tersebut melahirkan banyak pandangan:
1. Serangan terhadap taklid
2. Perbedaan manusia dari segi akal
3. Kekuatan akal dalam sistem teologinya
B. Ahmad Khan
Lahir di Delhi
tahun 1817. Pemikiran teologinya: beliau mempunyai kesamaan pimikiran dengan
Muhammad Abduh. Beliau juga sepaham dengan Qadariyah tentang keyakinan kekuatan dan kebebasan akal.
Menurutnya salah satu penyebab kemunduran Islam adalah kebodohan dan
keterbelakangan, karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi
modern sebagaimana yang dimiliki oleh negara Eropa lainnya.
C. Muhammad Iqbal
Dilahirkan di
india tahun 1877. Pemikiran teologinya:
1. Hakekat teologi. Secara
umum ia melihat teologi sebagai ilmu yang dimensi keimanan. Pandangan tentang
teologi membuatnya berhasil melihat anomali (penyimpangan) yang melekat
pada literatur ilmu kalam klasik.
2. Pembuktian Tuhan. Dalam
membuktikan eksistensi Tuhan , Iqbal menolak argumen teleogis maupun ontologis.
Ia juga meolak argumen teliologis yang berusaha membuktikan eksistensi
Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari segala luar. Walaupun demikian ia menerima
landasan teleologis yang immanen (tetap ada). Jadi Iqbal telah menafsirkan Tuhan yang immanen
bagi alam.
3. Jati diri manusia. Manusia
hidup mengetahui kepribadiannya serta menguatkan dan mengembangkan bakat-bakatnya.
4.
Dosa
5.
Surga dan neraka.
Menurutnya surga dan neraka adalah keadaan bukan tempat.
BAB IX
TEOLOGI KONTEMPORER
- Ismail al-Faruqi
Lahir 1 Januari
1921 di Jaffa, Palestina. Pemikiran karyanya “Tahwid: Its Implications for
Thought and Life”, buku ini mengupas hakikat tauhid secara mendalam.
1. Tauhid sebagai inti
pengalaman agama
2. Tauhid sebagai pandangan dunia
3. Tauhid sebagai intisari Islam
4. Tauhid sebagai prinsip sejarah
5.
Tauhid sebagai prinsip
pengetahuan
6.
Tauhid sebagai prinsip
metafisika
7.
Tauhid sebagai prinsip
etika
8. Tauhid sebagai prinsip tata sosial
9.
Tauhid sebagai prinsip
ummah
10. Tauhid sebagai prinsip keluarga
- Hasan Hanafi
Lahir 13 Februari 1935 di Cairo, Mesir. Karya:
1. Tahun 60-an. Tulisan
Hanafi lebih dipengaruhi oleh paham-paham dominan yang berkembang di Mesir
seperti nasionalistik, sosialistik dan populistik
2. Tahun 70-an. Hanafi
membberikan perhatian utama pada sebab-sebab kekalahan bangsa Arab ketika
berperang melawan Israel 1967
3. Tahun 80-an dan 90-an. Karya-karya Hanafi memiliki latar
belakang politik yang relatif stabil di banding tahun sebelumnya.
Pemikiran: Kritik
terhadap teologi tradisional dan rekontruksi teologi.
- H.M. Rasyidi
Pemikirannya:
1. Tentang perbedaan ilmu kalam dan teologi
Ada kesan bahwa
ilmu kalam adalah teologi Islam dan teologi adalah ilmu kalam Kristen.
Menurutnya, orang barat memakai istilah teologi untuk menunjukkan tauhid/ kalam
karena mereka tak memiliki istilah lain.
2. Tema-tema ilmu kalam
3. Hakikat iman
- Harun Nasution
Lahir di Sumatra
tahun 1919. Pemikiran kalamnya:
1. Peranan akal
2. Pembaharuan teologi
3. Hubungan akal dan wahyu
BAB X
TEOSENTRIS DAN ANTROPOSENTRIS
- Latar belakang teologi klasik yang teosentris
1. Kebebasan dalam berkehendak
· Al-Asy’ari, semua
tindak-tanduk manusia adalah ciptaan Tuhan, sedangkan manusia hanya memiliki
upaya untuk bertindak.
· Mu’tazilah, posisi manusia
adalah sebagai pemilih dan bukanlah penentu. Karena Allah telah menganugerahkan
manusia akal .
· Jabariyah, manusia adalah
penentu dan bukan pemilih, tetapi semuanya tetap ciptaan Allah.
2. Melihat Allah
·
Mu’tazilah, Allah tidak
mungkin dapat dilihat di sunia maupun di akhirat.
· Al-Asy’ari, Allah dapat
dilihat, tetapi dengan tatat cara yang tidak dapat diketahui secara logika dan
hanya Allah lah yang mengetahui.
3. Tuhan dan sifat-sifat-Nya
·
Al-Asy’ari, Allah mempunyai
semua sifat yang disebutkan dalam al-Qur’an dan sunnah, dan sifat-sifat-Nya itu
harus difahami mneurut arti harfiyahnya.
·
Mu’tazilah, sifat-sifat
Allah tidak lai adalah esensi-esensinya.
4. Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
·
Al-Asy’ari mengutamakan
wahyu
·
Mu’tazilah mengutamakan
akal
5. Qadimnya al-Qur’an
·
Mu’tazilah, al-Qur’an
merupakan sesuatu yang diciptakan sehingga tidak qadim.
·
Madzhab Hambali, tidak
mengatakan apapun yang mengatakan al-Qur’an adalah qadim, hanya menegaskan
al-Qur’an adalah kalam Allah yang tidak diciptakan.
6. Keadilan Tuhan
·
Al-Asy’ari, Allah tidak
memiliki keharusan apapun karena ia adalah penguasa mutlak. Visi bahwa Allah
adalah pemiliki mutlak.
·
Mu’tazilah, keadilan dari
visi manusia yang memiliki dirinya.
7. Kedudukan orang berdosa
· Al-Asy’ariyah, mukmin yag
berbuat dosa besar adalah mukmin yang fsaik, sebab iman tidak mungkin hilang
karena dosa selain kufur.
·
Mu’tazilah, orang ynag
berdosa besar akan berada posisi antara dua posisi (baina manzilatain).
- Karakteristik teologi klasik
1. Tekstualis
2. Pembahasan yang vertikal
3. Belum membahas relaitas sosial
4. Kental dengan nuansa konsep ketuhanan
- Akar munculnya teologi kontemporer yang antroposentris
1. Kesadaran pentingnya rekontruksi teologi
2. Kritik terhadap teologi klasik
- Karakteristik teologi kontemporer
1. Bersifat Antropo Centris
2. Integransi teologi dan filsafat
3. Berparadigma kritis
4. Berprinsip pengembangbiakan dan apa saja boleh
0 komentar:
Posting Komentar